Tugas Eptik: Contoh Kasus Carding

Contoh Kasus Carding

 Contoh Kasus Carding


A. detikcom - Bandung,
Polda Jabar berhasil membekuk tujuh pelaku carding (kejahatan pencurian kartu kredit untuk transaksi di internet) di Bandung. Bersama penangkapan ini disita barang bukti alat elektronik dan stick golf.
Para pelaku yang kebanyakan remaja tanggung dan mahasiswa ini, digerebek aparat kepolisian setelah beberapa kali berhasil melakukan transaksi di internet menggunakan kartu kredit orang lain.
Kabag Reserse Ekonomi Polda Jabar AKBP Kamil Razak mengungkapkan keberhasilan jajarannya ini kepada pers di Bandung, Rabu (16/7/2003) sore. Didampingi Kadispen Polda Jabar AKBP Muryan Faizal, AKBP Kamil menolak mengungkapkan teknik-teknik yang dipergunakannya sehingga berhasil menjerat para pelaku itu.
"Soal teknik bagaimana melacak dan sebagainya, biarlah itu menjadi rahasia kepolisian. Yang penting, para pelakunya bisa tertangkap," kata Kamil.
Para pelaku yang berhasil dibekuk petugas dalam 2 kali penangkapan adalah pelaku utama yang diinisialkan dengan JRS. Mahasiswa sebuah sekolah hukum swasta di kota Bandung ini yang pertama kali ditangkap petugas pada tanggal 26 Juni 2003 lalu.
Dari hasil pengembangan berikutnya, petugas kemudian berhasil menangkap lagi 6 orang pelaku pada tanggal 8 Juli 2003, yaitu OS seorang pegawai swasta perusahaan ekspedisi barang, Naf Nad (swasta), Har Par (mahasiswa), Er Fr (mahasiswa), Yar Yun (pelajar) dan Sup (swasta) yang bertindak selaku penadah.
Para pelaku, rata-rata beroperasi dari warnet-warnet yang tersebar di kota Bandung. Mereka biasa bertransaksi dengan menggunakan nomor kartu kredit yang mereka peroleh dari beberapa situs. Namun lagi-lagi, para petugas kepolisian ini menolak menyebutkan situs yang dipergunakan dengan alasan masih dalam penyelidikan lebih lanjut.
Transaksi yang dilakukan pun tersebar. Namun tampaknya situs lelang barang www.ebay.com menjadi tujuan favorit mereka saat mencari barang. Dari hasil kerja ilegal mereka itu, berhasil diperoleh sejumlah barang berharga seperi laptop, alat-alat elektronika, gitar listrik hingga stick golf. Barang-barang itu kemudian ditampung oleh Sup, yang mencoba memasarkannya lagi dengan harga miring.
AKBP Muryan Faisal lebih jauh menuturkan, petugas reserse Polda Jabar bergerak setelah menerima informasi dari NCB/Interpol di Jakarta bahwa di kota Bandung tindakan carding itu semakin marak. Dengan berbekal sejumlah data, terutama transaksi yang dilakukan serta alamat tujuan, petugas pun mulai melakukan penyelidikan dan kemudian berbuah dengan penangkapan para tersangka.
Para tersangka sendiri hingga kini masih dalam pemeriksaan di Mapolda Jabar, Jl Soekarno Hatta Bandung. Mereka akan dibidik dengan pelanggaran Pasal 378 KUHP tentang penipuan, Pasal 363 tentang Pencurian dan Pasal 263 tentang Pemalsuan Identitas.
Soal begitu lamanya kasus ini diungkapkan kepada publik, para pejabat kepolisian itu berkilah bahwa hal itu semata-mata demi perkembangan penyelidikan kasus itu. "Tidak tertutup kemungkinan, jumlah pelaku dan tersangkanya akan semakin bertambah. Sudah ada informasi-informasi lebih jauh ke arah itu. Tunggu saja," kata mereka.
Menurut data ClearCommerce, sebuah firma keamanan awal 2002, Indonesia hanya kalah dari Ukraina dalam hal kejahatan di internet. Akibatnya, banyak situs merchant online memblokir transaksi yang menggunakan nomor internet protocol (IP) Indonesia. Kasus carding selama ini banyak dilakukan oleh carder dari kota-kota seperti Yogyakarta,
Semarang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang dan Medan. (tis,mmi).

B. detikcom – Jakarta,
Kejahatan memang tak pandang bulu, terlebih kejahatan di internet. Di dunia maya ini, Polisi dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) pun kebobolan kartu kredit. Brigjen Pol Gorries Mere, yang saat ini menyandang jabatan Direktur IV Narkoba Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, dikabarkan menjadi korban kasus carding. Sampai berita ini diturunkan, Gorries Mere tidak berhasil dihubungi untuk diminta konfirmasinya.
Ketika dikonfirmasi ke Setiadi, Penyidik di Unit Cybercrime Mabes Polri, pihaknya membenarkan hal itu. “Memang ada laporan kalau pak Gorries Mere menjadi korban carding. Tapi saya belum lihat detil laporannya di e-mail saya,” kata Setiadi kepada detikcom, Minggu (27/3/2005).
Menurut Setiadi, kejadiaannya berlangsung melalui warung internet di Semarang, Jawa Tengah. Dan kasus ini sudah ditangani oleh Poltabes Semarang. Tapi dia tidak menceritakan lebih lengkap, dengan alasan untuk melindungi informasi yang akan digunakan dalam penyidikan. Selain itu, Setiadi mengaku bahwa pihaknya masih harus mengonfirmasikan hal tersebut dengan penyidik dari Poltabes Semarang. Keterangan dari sumber yang dekat dengan Mabes Polri mengatakan, kartu kredit Gorries Mere diperkirakan telah digunakan sebanyak Rp 10 juta.
Kejahatan carding bermodus memanfaatkan kartu kredit orang lain untuk berbelanja di internet. Korbannya memang bisa siapa saja, selama memiliki dan menggunakan kartu kredit. Apa yang dialami Gorries Mere membuktikan bahwa seorang aparat keamanan sekali pun, tidak bisa berkelit dari hal ini. Selama ini, kejahatan carding memang telah merajalela di Indonesia. Hal ini malah mengantar
Indonesia sebagai salah satu negara dengan kasus carding terbanyak di dunia.
Tidak hanya sampai disitu, perusahaan pembayaran online internasional, Paypal, bahkan tidak menerima segala macam kartu kredit asal Indonesia untuk bertransaksi di internet. Meski kondisinya sudah sedemikian parah, tidak ada kasus carding yang berhasil diseret ke pengadilan. Tidak hanya itu, undang-undang untuk menindak hal ini pun tak kunjung diresmikan. Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), sudah berumur empat tahun dari sejak dirumuskan. Namun begitu, nasibnya masih belum jelas. Kondisi ini disesalkan banyak pihak karena diyakini akan menghalangi langkah Indonesia untuk masuk ke percaturan e-commerce dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Tugas Eptik Urang-kurai